Minggu, 24 Agustus 2008

Belajar Berterus Terang pada Pasangan

Mbak aku Nur 21 tahun dan cowokku Hamid 32 tahun. Kami sedang menjalin hubungan.Tapi aku dulu sudah pernah bertunangan dengan seseorang tapi putus. Apakah apabila saya berterus terang dengan cowokku yang sekarang dia bisa menerima saya ? Dan bagaimana kalau doi tidak mau menerima saya? Aku takut kehilangan dia mbak….. mohon balasannya. Terimakasih.
NUR – 08564006xxxx
JAWAB:
Perjalanan hidup merupakan tahapan-tahapan yang selalu dilewati setiap manusia, termasuk juga anda. Dalam proses itu ada sebuah pengalaman, ada sebuah pelajaran yang semuanya merupakan suatu hal yang sangat bermanfaat untuk kehidupan anda kelak. William Glasser, seorang terapis mengatakan manusia seharusnya berfokus pada tingkah laku yang nyata, guna mencapai tujuan yang akan datang penuh optimisme. Jadi tingkah laku yang nyata dilakukan pada masa kini adalah merupakan refleksi harapan nyata untuk mewujudkan masa datang. Masa lalu sudah tidak dapat diubah dan diperbaiki, tetapi diterima sebagai mana nyatanya.
Begitu juga dengan keadaan saudari Nur, bahwa pertunangan itu adalah sebuah proses hidup anda yang pernah anda lalui. Apapun bentuk masa lalu itu adalah bagian hidup anda yang tidak bisa anda hapus. Pertunangan anda dapat saja memberikan pelajaran yang berarti dalam memilih pasangan yang paling cocok untuk hidup anda kelak. Menurut anda apakah bertunangan adalah proses yang salah hingga anda harus takut mengungkapkan hal ini pada pasangan anda ? Mudah-mudahan anda memahami benar bahwa kejujuran itu merupakan awal yang baik untuk saling mengenal satu dengan yang lain. Awal yang baik akan terus berlanjut menjadi kebahagiaan kalau saja anda berdua saling mau menerima pasangan anda apa adanya. Kalau saja pasangan anda kelak akan manjadikan masalah pertunangan anda sebelumnya adalah permasalahn besar baginya, hal ini merupakan suatu bentuk dari tingkat kedewasaan pasangan anda saat ini. Bagaimana ia dapat menyikapi permasalahan yang merupakan bagian dari masa lalu anda yang seharusnya dapat disikapi dengan lebih bijaksana. Yakinlah cinta manusia dewasa itu tidak selalu menuntut kesempurnaan pasangannya.

Tidak ada komentar: